SMfranchise : Store, Merchandise and Franchise Solutions
Micro-Merchandising

Home

Micro-Marketing | Pilar Operasional | Micro-Merchandising

Perencanaan Total Micro-Merchandising

S. Muharam
SMfr@nchise


Merchandising merupakan salah satu bidang yang berperan dalam menentukan keunggulan bersaing dari retailer. Terdapat berbagai pengertian dari merchandising, namun definisi berikut ini diharapkan dapat mewakili berbagai definisi dari merchandising tersebut.

Merchandising berasal dari kata merchandise. Merchandise artinya barang yang diperdagangkan. Dengan demikian Merchandising dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengelolaan merchandise sehingga dalam distribusi merchandise tersebut tercapai 7T, yaitu :

1. Produk yang Tepat
2. Waktu yang Tepat
3. Tempat yang Tepat
4. Harga yang Tepat
5. Kuantitas yang Tepat
6. Kualitas yang Tepat
7. Dijual dengan cara yang Tepat

SMfr@nchise mengembangkan pendekatan merchandising berdasarkan konsep micromarketing. Pendekatan ini kami namakan Total Micro-Merchandising.

Perencanaan Total Micro-Merchandising dapat dirangkum dalam empat tahap, yaitu :

Tahap pertama dalam Perencanaan Total Micro-Merchandising adalah Assortment Planning untuk perusahaan secara nasional (keseluruhan). Assortment Planning didefinisikan sebagai proses perencanaan bauran produk (assortment) dengan mempertimbangkan karakteristik dan atribut produk seperti merek, bahan baku, model, rasa, warna, ukuran, pabrikan (pengarang-produsen-vendor), harga, feature dan sebagainya, sehingga bauran produk yang tersedia di toko sesuai kebutuhan dan keinginan customer.

Tahap ke-dua adalah Store Clustering. Store Clustering adalah proses pengelompokan toko kedalam kelompok toko yang memiliki karakteristik sejenis misalnya dalam hal volume penjualan, luas toko, tipe toko, lokasi toko, tipe customer, tingkat kompetisi, bauran traffic generator dsb. Store Clustering dibutuhkan karena tiap toko memiliki karakteristik trading area yang unik. Misalnya karakter trading area di Pluit Mall akan berbeda dengan karakter trading area di Blok M Plaza. Seringkali, karakter area yang berbeda membutuhkan assortment dan pendekatan merchandising yang berbeda.

Langkah berikutnya setelah kondisi trading area toko dianalisa adalah tahap Store Assortment Planning (SAP). SAP adalah perencanaan dan penentuan bauran produk yang akan dijual oleh satu toko atau cluster toko tertentu dengan tujuan mengoptimalkan sales dan profit toko. Terdapat dua aktivitas penting dalam SAP, yaitu Trading Area Survey dan Category Sales & Profit Analysis.

Langkah terakhir adalah Komunikasi Retail dan Audio-Visual Merchandising. Retail Communication merupakan seni dn ilmu bagaimana retailer mengkomunikasikan manfaat dari konsep yang ditawarkannya kepada konsumen. Salah satu bidang studi yang khas dalam komunikasi retail adalah komunikasi di dalam toko yang dikenal dengan Audio-Visual Merchandising (AVM). Audio-Visual Merchandising adalah seni dan ilmu penataan merchandise di dalam toko sehingga display mampu berkomunikasi dengan pelanggan, merangsang transaksi penjualan, menciptakan kemudahan dalam berbelanja dan mendukung image toko. Konsep utama dalam visual merchandising adalah AIDAS.

Globalisasi ternyata kembali menyadarkan banyak retailer global akan pentingnya memahami karakter lokal. Jika memang demikian mengapa retailer harus terpaku pada standarisasi dan keseragaman, jika hal tersebut terbukti tidak dikehendaki pasar (baca : pasar lokal - di trading area masing-masing toko).


Enter supporting content here